CERITA PILU SI BALITA DI KEBUN TEBU
GAGAL DIPERKOSA, MALAH DIBUNUH TETANGGANYA
Di tengah kebun tebu, balita ini mengalami nasib malang. Ia memang lolos dari percobaan perkosaan, namun nyawanya malah melayang. Kenapa?
Warga Desa Sengon, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (29/6) pagi mendadak gempar. Tiba-tiba saja, Riska Yulinda (4) anak pasangan Sumanan dan Sri Mulyani, raib, tak lama setelah bermain dengan teman-temannya di depan masjid sebelah rumahnya. Sumanan dan Sri Mulyani, yang baru saja melahirkan anak ketiganya seminggu sebelumnya, tentu saja menjadi panik.
"Sehari-hari Riska tak pernah bermain jauh dari rumah. Jadi, ketika menghilang dari rumah, kedua orang tuanya sangat kaget. Warga juga ikut panik. Mereka mencari Riska ke mana-mana," kata Ririn Andriana (23), tetangga sebelah rumah Sumanan. Warga yang mencari, salah satunya remaja bernama Laq (16), yang tinggal di depan rumah keluarga Riska.
Kepanikan semakin memuncak ketika sampai sore, Riska belum juga muncul di rumah. "Saat itu situasi kampung benar-benar mencekam. Orang-orang berkumpul di sekitar rumah Mbak Sri, ikut membantu mencari ke sana kemari. Mbak Sri sendiri tak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis," timpal Miftahul Rohma (22) tetangga Sri yang lain.
DIKIRA PISANG BUSUK
Malam semakin merayap, Riska seakan lenyap ditelan gelap. Orang-orang kampung menduga, anak kedua pasangan Sri-Sumanan itu digondol makhluk halus, seperti kepercayaan orang-orang zaman dulu. Oleh karena itu, agar makhluk halus bersedia mengembalikan bocah berwajah cantik ini, warga membunyikan tetabuhan berkeliling kampung.
"Beberapa warga memukul panci, piring, wajan sambil keliling di sekitar semak-semak bambu di sekitar rumah Mbak Sri. Sebagai bagian ritual, para remaja ikut berjoget-joget. Masyarakat percaya, setelah mendengar bunyi-bunyian itu, Riska akan dikembalikan oleh makhluk halus. Tapi, malam iti Riska tetap tak ditemukan," imbuh Miftahul.
Memasuki hari kedua, lanjut Ririn, kedua orang tua Riska semakin ditekan gelisah. Kondisi fisik Sri yang lemah setelah melahirkan, semakin menurun saja. "Pokoknya tiada hari tanpa menangis, demikian juga dengan bapaknya."
Sampai hari ketiga, jejak Riska seperti hilang ditelan bumi. Sampai akhirnya pada malam hari, warga sekitar mencium bau tak sedap dari arah timur desa, tepatnya dari kebun tebu yang saat itu tengah dipanen. "Namun, warga desa menyangka, itu bau pisang busuk dari pekarangan. Jadi, dibiarkan saja," papar Ririn.
Warga mulai curiga ketika pagi hari, bau busuk tadi semakin menyengat. Mereka pun mencari asal bau. Setelah diselidiki, ternyata bau tak sedap itu berasal dari gundukan tumpukan daun tebu kering. "Setelah dibuka, ternyata di bawah daun kering itu terdapat mayat Riska yang kondisinya sudah rusak," tambah Miftahul.
Warga jadi geger. Dugaan kuat, Riska jadi korban pembunuhan. Namun, siapa pelakunya? Polisi yang menerima laporan ini segera menyelidiki. Hanya dalam waktu singkat, polisi menangkap Laq. "Setelah kami selidiki, ada bocah bernama Bilal yang Rabu pagi itu melihat Laq mengajak Riska. Setelah itu, keberadaan Riska tak diketahui lagi," papar Kepala Bagian Operasional Reskrim Polres Jombang, Iptu Abdul Syukur.
Abdul menjelaskan, pihaknya segera menangkap Laq yang rumahnya berhadapan dengan korban. "Pelaku telah mengakui perbuatannya. Semula ia mengaku ingin memerkosa Riska. Karena Riska berteriak, pelaku takut perbuatannya ketahuan warga. Ia pun panik dan mencekik korban hingga tewas."
Atas perbuatannya itu, Laq dijerat dengan berbagai pasal. Di antaranya pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, pasal 285 tentang pemerkosaan serta pasal 80 ayat 3 UU Perlindungan Anak. "Karena tersangka masih di bawah umur, akan diberlakukan peradilan anak. Hukuman yang dijatuhkan, sepertiga dari hukuman orang dewasa. Tapi, itu terserah hakim dan di luar kewenangan kami."
TAKUT KETAHUAN
Kepada NOVA, Rabu (6/7) Laq juga mengakui perbuatannya. "Saya khilaf, Pak," ujarnya. Remaja yang pendidik annya hanya sampai kelas 2 SMP ini menceritakan rentetan peristiwa yang membawanya masuk tahanan. "Saat itu, Riska tengah bermain-main di depan masjid sebelah rumahnya bersama Bilal, teman sebayanya. Melihat dia, entah kenapa saya ingin mempraktikkan adegan yang saya lihat di VCD porno, beberapa waktu lalu."
Agar aksinya tak diketahui orang, Laq mengajak Riska ke kebun tebu berjarak sekitar 200 meter sebelah timur rumahnya. Tebu di sana baru saja dipanen. "Ris, ayo minta tebu di sana," ajak Laq kepada Riska.
Si kecil Riska yang memang sudah kenal Laq, tak tahu niat buruk tetangganya itu. Ia mau saja diajak Laq di tengah rerimbunan pohon tebu. Setelah tengok kanan-kiri tak ada orang, "Saya merebahkan Riska," ujar Laq yang sempat membuka pakaian dalam Riska.
Belum sempat Laq melampiaskan nafsunya, Riska mendadak menangis. "Saya jadi panik karena takut ketahuan orang. Saking paniknya, saya mencekiknya. Dia berusaha meronta tapi tak bisa," aku Laq.
Di antara rerimbunan batang tebu yang tumbuh lebat, Laq mengaku melihat bagaimana Riska meregang nyawa. Sebelum Riska menutup mata, Laq masih sempat melihat bocah cilik itu meneteskan air mata tanpa bisa berkata apa-apa. "Setelah Riska lemas, saya sempat melepaskan cekikan. Tapi, setelah saya pegang dadanya, kok, masih ada napasnya. Jadi, saya cekik lagi sampai benar-benar mati," ujar Laq.
Selanjutnya, Laq menutupi mayat Riska dengan daun tebu kering dan meninggalkan begitu saja. "Setelah itu saya merasa ketakutan dan sangat menyesal," ujar Laq yang mengaku tak memerkosa karena ketakutan. WARGA IKUT TERPUKUL
Begitulah, seperti telah dikisahkan, ditemukannya mayat Riska membuat masyarakat geger. Tentu saja yang paling terpukul adalah orang tuanya. Begitu terpukulnya, Sumanan dan Sri Mulyani sama sekali tak bersedia berkomentar. Salah seorang kerabat Sri Mulyani, menyampaikan keberatan ketika mau diwawancarai. "Maaf, Mbak Sri masih syok, dia tak bisa diganggu," ujar wanita bertubuh mungil itu.
Memang Sri tampak terpukul. Ia hanya diam seribu bahasa. Ia berdiri di sudut dapur sambil menutup wajahnya. Ia sama sekali tak menanggapi semua pertanyaan NOVA. Sumanan pun enggan berkomentar. Penjual ikan segar di pasar itu ketika ditemui NOVA tengah menjemur pakaian. Saat disapa, ia bergegas pergi dan masuk kembali ke rumah. "Maaf, jangan tanya saya. Saya masih syok dengan kejadian ini," katanya sambil menutup pintu rumahnya rapat-rapat.
Jangankan orang tuanya, warga pun ikut terpukul dengan kepergian Riska. "Dia begitu cantik dan lucu. Matanya indah sekali. Jarang sekali saya melihat dia rewel. Saya, kan, terkadang membantu kakak saya menjaga toko milik kakak saya, yang menjual makanan kecil. Nah, saat Riska jajan, sering saya menggodanya. Pokoknya, Riska lucu sekali," papar Miftahul.
Miftahul dan Ririn mengaku sama-sama terkejut ketika mengetahui pembunuhnya adalah Laq. "Warga kampung benar-benar kaget. Kok, tega-teganya Laq membunuh Riska. Padahal, sehari-hari dia, kan, cukup dekat dengan Riska dan keluarganya," ujar Ririn.
Miftahul menambahkan, Laq termasuk pintar bersandiwara. Ketika warga bingung mencari Riska, Laq juga kelihatan ikut bingung. "Bahkan dia juga ikut joget-joget ketika orang berkeliling sambil memukul bunyi-bunyian dari peralatan dapur. Sungguh tak kami sangka, ternyata dialah pelakunya.
"SEHARI-HARI DIA TIDAK NAKAL"
Orang tua Laq, pasangan Muchlisin (45) dan Paining (35) tak kalah terpukul mendengar musibah ini. Saat ditemui di belakang rumahnya, Muchlisin yang sehari-hari jadi tukang batu mengaku syok berat. "Meski berat, saya mencoba kuat menghadapi musibah ini. Berbeda dengan istri saya, begitu dia ingat kejadian ini, dia langsung pingsan," ujar bapak tiga anak ini, Rabu (6/7).
Sangat wajar Muchlisin terpukul. Apalagi hubungannya dengan keluarga Sumanan, selama ini terjalin baik. "Rumah kami, kan, berhadapan persis. Hanya dipisahkan jalan kampung selebar empat meter. Tidak sekadar tetangga, hubungan kami dengan Mas Sumanan sudah seperti keluarga sendiri.
Dikatakan Muchlisin, selama ini Sumanan sangat peduli dengan keluarganya. Sepulang dari pasar, kalau dagangan ikan tidak laku, "Ia memberikannya kepada istri saya. Pokoknya, hubungan kami sangat dekat," ujar pria berkumis lebat ini.
Sama sekali Muchlisin tak men-duga, anaknya adalah tersangka tung-gal dalam kasus pembunuhan itu. "Se-hari-hari Laq enggak nakal. Selain pendiam, ia juga taat beribadah. Jadi, siapa yang mengira dia sampai berbuat seperti itu. Sikapnya juga enggak mencurigakan. Saat Riska diketahui hilang, Laq ikut ribut mencari di setiap sudut kampung."
Dalam pandangan Muchlisin, Laq juga termasuk anak yang rajin membantu orang tua. Setelah keluar dari pekerjaannya di perusahaan ternak ayam di Perak, Jombang, Laq juga
sempat membantu ayahnya sebagai kuli batu di rumahnya sendiri. "Untuk membangun rumah ini, saya yang jadi tukang, sedang dia yang menjadi kulinya," kata Muchlisin.
Itu sebabnya, Muchlisin sangat terkejut ketika Laq diciduk polisi sesaat setelah jasad Riska ditemukan. Muchlisin sempat menasihati Laq, "Kalau kamu merasa tak bersalah, katakan tak bersalah. Tapi, bila memang kamu pelakunya, berkatalah dengan jujur."
Muchlisin masih berharap, po-lisi salah tangkap. Namun, pada sorenya, ia sangat gundah saat polisi mengungkapkan, Laq sudah meng-aku sebagai pembunuhnya. "Tak bisa dibayangkan perasaan saya kala itu. Rasanya seperti mimpi saja," ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab moral atas perbuatan yang dilakukan anaknya, selang sehari kemudian Muchlisin didampingi ketua RT setempat mendatangi rumah Sumanan. "Saya minta maaf atas kesalahan anak saya. Alhamdulillah Mas Sumanan menerima perminta-an maaf saya. Saya terharu sekaligus berterima kasih," kata Muchlisin yang duduk di kursi kayu di antara pohon pisang di belakang rumah-nya.wah...dunia skrang ya guys.... | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar